Lantai dan garasi jadi saksi kematian para jenderal
Rekonstruksi peristiwa G30S. ©2016 Merdeka.com
Merdeka.com - Foto-foto dan perabotan kuno menyambut
setiap orang yang memasuki ruang tamu. Merdeka.com awal pekan ini
memasuki umah peninggalan Jenderal Ahmad Yani, salah satu dari enam
jenderal yang tewas akibat Gerakan 30 September 1965. Kondisi bangunan
terawat, utuh, dan tak banyak yang berubah dibanding setengah abad lalu.
Pengunjung yang masuk lewat pintu belakang juga disambut foto-foto
semasa Ahmad Yani masih hidup serta berkarir di dunia kemiliteran.
Terdapat pula foto kronologi terbunuhnya Ahmad Yani di kediamannya
hingga pemakaman di Makam Pahlawan Kalibata.
Beberapa langkah di samping dapur, ada lantai yang berlubang dan
rentak. Di lokasi tersebut Ahmad Yani tewas tertembak pasukan penculik,
tepatnya di pintu masuk dekat kamarnya. Ada tujuh lubang di pintu itu
yang tembus ke lukisan dan lemari.
Setelah itu, terlihat lantai bertulisakan gugurnya pahlawan revolusi
Jenderal Ahmad Yani dekat pintu yang berlubang tersebut. Lantai itu
dibatasi rantai kecil untuk membuktikan Jenderal terbunuh di
kediamannya.
Rumah Ahmad Yani telah resmi diubah menjadi museum untuk mengenang
peristiwa G30S. Dulunya bangunan ini merupakan rumah pribadi sang
Panglima Angkatan Darat untuk beristirahat dan berkumpul dengan
keluarga. Rumah di Jalan Latuharhary Nomor 6 Menteng itu dihuni keluarga
Ahmad Yani sejak menjabat Panglima Angkatan Darat pada 1962.
Selain mendapat banyak informasi mengenai perjalanan hidup Yani,
pengunjung museum dapat menyambangi tiga kamar pribadi. Pertama adalah
kamar sang jenderal yang kini yang didalamnya terdapat seragam, lukisan,
senjata laras panjang, keris dan slip gaji terakhir bernilai Rp 123
ribu. Kamar sampingnya ketika itu menjadi tempat tidur anak-anaknya.
Di ruang tengah, ada lukisan Ahmad Yani menampar pasukan
Tjakarabirawa sebelum menembaknya. Kemudian di pintu depan ada ruang
ajudan dan ruang tunggu tamu. Ada harimau india yang diawetkan dari
anaknya untuk diletakkan di Museum Ahmad Yani. Tak hanya itu, ada
souvenir Ahmad Yani hasil kunjungannya di luar negeri.
Suasana diorama di museum Ahmad Yani (c) 2016 Merdeka.com
Sementara tampak depan, ada patung Jenderal Ahmad Yani dan relief
semasa hidupnya dikarier dunia militer. Mobil tua berwarna biru milik
Ahmad Yani masih terdapat diruanganya samping rumahnya.
Museum Ahmad Yani kerapkali dikunjungi berbagai usia. Apalagi saat
liburan sekolah pasti ada yang berkunjung, mencapai ratusan orang.
Dari kediaman enam jenderal di
Jakarta,
rumah Ahmad Yani yang paling terawat serta otentik sebab diresmikan
oleh pemerintah menjadi museum sekaligus cagar budaya. Merdeka.com
menyambangi lima rumah lainnya. Sebagian sedang diusulkan menjadi cagar
budaya, ada pula yang telah beralih kepemilikan.
Ambil contoh rumah Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar no 40,
Menteng yang juga diabadikan sebagai museum. Persis di depan pintu
masuk, terdapat patung Nasution menyambut setiap orang yang bertandang.
Jika kita masuk ke dalam rumah, terdapat ruang meja kerja Nasution dekat
beranda depan.
Menuju kamar Nasution ada patung Tjakrabirawa yang membawa senjata
dan menendang pintu. Di kamar ada kursi goyang dan kursi roda bekas
dipakai Nasution semasa hidupnya. Di kamar ada pintu menuju samping
rumah ada patung Nasution cara melarikan diri dan patung Ade Irma
bersama Ibunya. Kini tembok untuk melarikan Nasution menjadi tinggi
pasca kejadian.
Diorama meja kerja Jenderal Nasution (c) 2016 Merdeka.com
Di depan kamar Nasution dahulu kamar putrinya Hendrianti Sahara kini
dijadikan ruang senjata. Di sini terdapat koleksi peninggalan Nasution
dari keris hingga senjata pribadi.
Di ruang belakang ada patung relief Ade dan ibunya yang dikepung
pasukan Tjakarabirawa. Sedangkan samping rumah terdapat kamar ajudan, di
sini Kapten Pierre Tendean mengaku Nasution.
Sementara tembok samping dan depan rumah terdapat relief semasa hidup Nasution menitih karir di dunia militer.
Museum AH Nasution kerapkali dikunjungi berbagai usia. Namun ramai menjelang peristiwa Gerakan 30 September.
Sedangkan Letjen TNI MT Haryono rumahnya Jalan Prambanan no 8,
Menteng menjadi cagar budaya hanya diganti pagarnya. Menurut putranya
Rianto, ayahnya tewas dikamar dan pintu kamar masih terdapat bekas
lubang peluru.
Tiga kamar yang terdapat rumah terdapat pintu penghubung untuk menuju
kamar lainnya. Di kamar depan para keluarga bersembunyi dan menangis
melihat ayahnya diseret menuju truk.
"Setelah menembak ayah saya, mereka juga menembaki isi bagian rumah dengan sembarang," kata Rianto kepada merdeka.com.
Kemudian kediaman Mayjen TNI DI Panjaitan dengan dua lantai tak
berubah. Menurut tukang kebun rumah DI Panjaitan, pria kelahiran
Tapanuli itu tewas di dekat garasi mobil.
Di depan rumah banyak pepohonan menjulang tinggi dan pagar rumah
tinggi. Rumah di Jalan Hasanuddin no 53 ini dikenal sebagai rumah bekas
jenderal TNI. "Dulu katanya rumah bekas jenderal TNI tapi kami enggak
tahu namanya siapa. Di rumah ini masih dihuni keluarganya dan anaknya
kerap keluar kok," kata Satpam Gedung Victoria Adi.
Di sinilah terjadi penembakan D.I Panjaitan (c) 2016 Merdeka.com
Rumah jenderal lainya, Mayjen TNI Sutoyo Siswo Jalan Sumenep 17,
Menteng, kini sudah berubah dan direnovasi secara menyeluruh. Rumah
mewah dekat Taman Lawang, kosong tak berpenghuni. Tak ada perabotan
rumah hanya sofa tempat duduk yang masih baru ada disini.
Rumah berlantai dua ini tembok dan lantai sudah berubah, namun
jendela dan pintu depan rumah masih utuh. "Kalau bayar listrik namanya
masih Pak Sutoyo," kata penjaga rumah Asep.
Sedangkan rumah Letjen TNI S Parman Jalan Syamsu Rizal Nomor 32,
Menteng dihuni oleh pensiunan TNI AL Laksda Abdul Hakim. Ketika itu
tahun 1991 Abdul Hakim membeli rumah yang sudah rata menjadi tanah.
Rumah berlantai dua dan mewah ini dibangunnya hingga saat ini. "Kalau
peninggalan tidak ada karena dulu sudah amburadul. Karena di Menteng
rumah tipe A boleh dibongkar," kata Abdul Hakim.
Setelah berupaya mengelilingi rumah-rumah para jenderal korban G30S,
hanya kediaman Letjen TNI Soeprapto di Jalan Besuki Nomor 19 Jakarta tak
dapat ditemukan lagi. Rumah di kawasan elit Jakarta itu kemungkinan
sudah beralih kepemilikan.